Jumat, 06 Maret 2009

KeepYour Culture Survive. I am A Balinese









Hi. I was looking something new in my life. But until now, I can not find anything surprise.

Could you help us find the new style without making our culture dead

Nasionalisme....Kapan kita kembali ke Pancasila?

Dengan sumber daya alam yang dimiliki dan lingkungan yang tetap kita jaga, dengan modal nasionalisme religius kita pasti akan sejahtera, maju dan beradab. Mereka membutuhkan kita, mereka akan datang kepada kita, mereka akan membayar kita untuk dididik, mereka membutuhkan berkomunikasi dengan kita, mereka akan belajar bahasa kita, mereka perlu bekerja di negara kita, mereka akan menjual murah sains dan teknologinya kepada kita.
Sudahkah nasionalisme berlandaskan Pancasila tercipta di bumi nusantara ini??? Tanyakan diri masing-masing, apakah anda berkiblat ke Amerika, Inggris, Jerman, Australia, Jepang, Arab, India, Cina,….? Apakah anda antusias sampai keubun-ubun ketika menceritakan pengalaman/kebanggaan anda ketika di luar sana lalu menggagahi mereka yang tidak tahu dengan mencaci maki situasi di bumi nusantara ini? Apakah anda melihat peradaban arab/orang arab lebih suci lalu ingin berubah menjadi mereka? Apakah kalian melihat peradaban india/orang india lebih unggul lalu ingin berubah menjadi mereka?, Apakah kalian memandang orang yahudi sebagai etnik istimewa yang selalu menang dan diberkati?
Kemanakah komponen-komponen bangsa ini sebenarnya berafiliasi? Mengapa kita pada ke mana-mana dengan membawa misi beragam dan sering bertentangan di bumi nusantara ini? Bumi nusantara ini sudah lama menjadi medan pertentangan antek-antek asing ini. Antek-antek asing ini merasa hebat dengan sukarela, atau kepentingan sesaat, begitu haus dan semangat menyebar luaskan seruan-seruan tuannya. Secara lahiriah kita masih dalam suatu bangsa, tetapi secara batiniah, kita sudah tercabik-cabik.
Kalau situasi ini tidak berubah, Indonesia bukannya semakin maju, melainkan menuju keterpurukan dan bahkan kepunahan. Kembalilah semua kepada Pancasila. Berkiblatlah kepada nasionalisme Pancasila. Hanya dengan ini bangsa ini maju dan bahkan memberikan kemaslahatan kepada dunia internasional. Jangan mudah menanggalkan akar budaya bangsa yang terkristalisasi dalam Pancasila. Demikan mudahnya anda menggalkan akar budaya anda, demikan mudahnya anda akan tercabut dari eksistensi anda, dari generasi anda. Anda telah menjadi orang yang hilang

SBI

Sekolah Berstandar Internasional, Apa itu ?, Inggris, Amerika ataukah Etiopia?!


Kurangnya kepekaan, kemandirian, dan tanggungjawab telah membutakan kita pada wawasan masa depan sendiri yang sangat penting untuk mencermati cermin tentang kekuatan sendiri. Ketidakpercayaan diri telah menjadikan kita percaya bahwa kita adalah bangsa tidak berkelas dan tidak mampu melihat besarnya potensi yang dimiliki. Budaya adopsi acuan wawasan masa depan bangsa lain atau kedunguan yang sok modern sangat mudah menggiring pemikiran menggunakan secara mentah-mentah acuan pengembangan wawasan masa depan bangsa lain yang sarat dengan kepentingan mereka. Tanpa disadari kita sebenarnya menyerahkan kedaulatan untuk dijajah oleh pihak luar, dalam hal ini kepentingan konglomerat antar bangsa (Emil Salim, 1989). Penjajahan politik, budaya, ekonomi adalah sama fatal dampaknya dengan penjajahan klasik bersenjata, dimana bangsa yang dijajah kehilangan kemampuan berpikir mandiri.


Standardisasi pendidikan mengacu pada sekolah internasional dari aspek cita-cita terutama akselerasi pemahaman sains teknologi sangat bagus, tetapi percepatan perubahan atau pengubahan sosok sekolah untuk bisa disetarakan dengan mereka apa mamfaatnya. Untuk apa kita ingin menyetarakan diri apalagi menidentikkan diri dengan mereka. Pendidikan kita tidak akan pernah sama dengan negara manapun. Kalau itu terjadi, sama artinya dengan kita telah kehilangan jati diri sebagai bangsa. Pendidikan kita mengemban pengembangan masyarakat modern yang bernafaskan Pancasila (berjati diri pada nilai-nilai luhur bangsa). Warna pendidikan kita mestinya dibangun menurut wawasan masa depan kita. Kerja sama dengan lembaga pendidikan asing sangat bagus untuk peningkatan aspek tertentu untuk peningkatan kualitas pada sosok pendidikan kita yang sudah ada, tanpa harus membangun sosok yang oleh “orang awam indonesia” dipandang sebagai suatu maskot keunggulan yang membabibuta, yang akhirnya tergelincir pada sikap tidak percaya diri kepada kemampuan bangsa sendiri. Benih kepunahan bangsa berangkat dari pemikiran-pemikiran seperti ini.